1420 tahun yang lalu, yaitu tanggal 9 Sya’ban tahun keempat Hijriah, Imam Husein a.s. terlahir ke dunia. Masa-masa indah kehidupan Imam Husein dirasakan saat ia hidup bersama kakeknya, Muhamad SAWW. Imam Husein tumbuh besar dalam sebuah keluarga yang dipenuhi dengan kesempurnaan dan keutamaan akhlak. Keberadaan kedua orang tuanya, yaitu Imam Ali a.s. dan Sayyidah Fathimah s.a yang merupakan dua manusia utama hasil didikan Rasulullah, telah membuat Imam Husein juga menjadi manusia yang dipenuhi dengan keutamaan dan ma’rifat akan hakikat ilahiah. Selama hidupnya, saat Islam dihadapkan kepada bahaya, Imam Husein selalu tampil sebagai pembela.
Setelah saudaranya, Imam Hasan a.s., gugur syahid pada tahun 50 Hijriah, Imam Husain memegang tampuk imamah atau kepemimpinan atas ummat Islam. Pada tahun 61 Hijriah, Imam Husein pun mengikuti jejak kakaknya dalam memperjuangkan agama Islam. Pada tahun itu, beliau bersama 72 anggota keluarga dan sahabatnya, bertempur melawan ribuan pasukan Yazid bin Muawiyah di Padang Karbala. Imam Husain menolak untuk berbaiat atau menyerah kepada penguasa zalim itu. Beliau dan anggota kafilahnya menemui kesyahidan. Kisah tragis gugurnya Imam Husein di Karbala menjadi drama tragedi paling pahit dalam sejarah ummat manusia. Akan tetapi, kisah ini justru menjadi sebab tetap tegaknya ajaran Islam di muka bumi ini dan selalu menjadi sumber semangat bagi perjuangan melawan kezaliman. Hari kelahiran Imam Husain di Iran diperingati pula sebagai hari Pasukan Garda Revolusi.
Rusia Mobilisasi Pasukannya ke Polandia
235 tahun yang lalu, yaitu tanggal 6 Oktober tahun 1768, dalam kelanjutan aksi ekspansi yang dilakukan Kaisar Rusia The Great Cathrine, dikirimlah sebuah pasukan pasukan besar ke kawasan Polandia. Akibatnya, Kesultanan Turki Utsmani mengumumkan perang kepada Rusia. Sepanjang abad 18, sebanarnya telah terjadi berkali-kali pertempuran antara dua kekuatan besar pada saat itu. Akan tetapi, perang yang disebabkan oleh masalah Polandia itu bisa disebut sebagai peperangan terbesar di antara keduanya sepanjang sejarah
Akhirnya, pada tahun 1774, pasukan Turki Utsmani mengalami berbagai kekalahan di berbagai medan pertempuran. Setelah itu, kedua pihak menandatangani perdamaian. Sebagai pihak yang kalah, Turki Utsmani harus melepaskan kawasan Karimah di utara Laut Hitam. Polandia sendiri kemudian dibagi-bagi menjadi tiga bagian dan masing-masing dikuasai oleh Austria, Prusia, dam Rusia.
Perang Keempat Arab-Israel Pecah
30 tahun yang lalu, yaitu tanggal 6 Oktober 1973, perang keempat antara negara-negara Arab melawan Israel meletus. Dalam peristiwa itu, tentara Mesir melakukan penyerbuan melalui terusan Suez saat tentara penjajah Quds sedang lengah. Setelah mematahkan pertahanan tentara Zionis, pasukan Mesir berhasil memasuki Gurun Sinai. Berikutnya, tentara Mesir beserta Suriah meraih berbagai kemenangan gemilang di medan-medan pertempuran. Mereka bahkan mampu menembak jatuh sejumlah pesawat tempur Isarel.
Akan tetapi, AS kemudian datang memberikan bantuan peralatan militer yang lebih canggih, hingga tentara Israel mampu menduduki kembali sejumlah kawasan yang sempat direbut pasukan Arab. Akhirnya, dengan intervensi AS dan Uni Soviet, diberlakukan gencatan senjata, dan penyelesaian atas masalah sengketa itu kemudian diserahkan kepada PBB. Salah satu pelajaran penting yang bisa diambil dari peristiwa itu adalah runtuhnya mitos bahwa tentara Israel tidak mungkin terkalahkan.
Presiden Mesir Anwar Sadat Tewas
22 tahun yang lalu, yaitu tanggal 6 Oktober tahun 1981, Presiden Mesir Anwar Sadat tewas di tangan sejumlah perwira militer yang tergabung ke dalam Kelompok Islam Al-Jihad. Sadat menjadi korban pembunuhan karena ia dituduh sebagai pengkhianat Islam dan dunia Arab setelah menandatangani perjanjian memalukan Camp David. Akibat perjanjian perdamaian dengan rezim perampok Israel itu, negara Mesir diasingkan dari lingkungan negara-negara Arab.
Pelaku pembunuhan Sadat sendiri adalah Khalid Islambuli, seorang perwira militer yang melakukan penembakan terhadap Sadat saat ia melakukan parade militer. Akan tetapi, selepas itu, lebih dari 3.000 orang ditangkap karena dianggap terlibat dalam peristiwa itu. Adapun Islambuli sendiri berikut sejumlah perwira lainnya dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Mesir.
Ibnu Barraj Tharablusi Meninggal Dunia
943 tahun yang lalu, yaitu tanggal 9 Sya’ban 481 Hijriah, Ibnu Barraj Tharablusi, seorang ulama besar Mesir meninggal dunia. Ia sebenarnya dilahirkan di Mesir. Akan tetapi, dikarenakan selama beberapa tahun menjadi hakim di Kota Tharablus, sebuah kawasan di utara Libanon, ia lantas dikenal dengan nama Tharablusi. Semasa hidupnya, ia belajar kepada ulama-ulama besar zaman itu, di antaranya Syaikh Thusi. Dia kemudian banyak menulis buku-buku agama, yang paling terpenting adalah kitab “Al-Jawamiul Fiqih “ yang berisi sekitar 820 tanya-jawab di bidang fiqih. Kitab ini dianggap sebagai salah satu rujukan utama dalam ilmu agama Islam
Sejumlah Perwira Angkatan Udara Republik Islam Iran Gugur
22 tahun yang lalu, yaitu tanggal 6 Oktober 1981, sejumlah perwira angkatan udara Republik Islam Iran gugur dalam sebuah peristiwa kecelakaan udara. Para perwira itu sebenarnya sedang pulang ke Teheran setelah sukses melakukan operasi pematahan blokade yang dilakukan oleh tentara Irak terhadap kawasan Abadan di barat daya Iran. Mereka yang gugur dalam peristiwa kecelakaan udara itu adalah Rasyid Islam, Fallahi, Fakuri, Namjur, Kolahdouz, dan Jahan Ara.
Charles Richter, Penemu Alat Ukur Kekuatan Gempa, Meninggal Dunia
18 tahun yang lalu, yaitu tanggal 6 Oktober 1985, Charles Richter, ilmuwan penemu alat ukur kekuatan gempa, meninggal dunia di AS dalam usia 75 tahun. Bersama rekan-rekannya sesama ilmuwan, Richter berhasil menemukan alat ukur kekuatan gempa yang didasarkan kepada tingkat energi yang dilepaskan pusat gempa. Richter dan kawan-kawannya membagi tingkat kekuatan gempa itu dari ukuran satu hingga sembilan. Sebelumnya, para ilmuwan mengukur dan membandingkan tingkat-tingkat kekuatran gempa berdasarkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gempa, yang tentu saja sangat jauh dari ketelitian.